Laporan Praktikum Arthropoda
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam
kehidupan sehari hari kita hidup berdampingan dengan hewan. Ada yang bersifat
parasite, namun ada juga yang mneguntungkan. Misalnya menguntungkan sebagai
bahan konsumsi manusia. Udang sebagai salah satu contoh di mana kita
menggunakannya sebagai bahan konsumsi dan dapat dijual ekonomis di pasaran.
Contoh yang merugikan mungkin seperti kecoa yang di mana dapat menimbulkan
penyakit di tubuh. Kedua contoh hewan tersebut masuk ke dalam filum Arthropoda.
Arthropoda
berasal dari bahasa Yunani yaitu arthro yang
berarti ruas dan podos yang berarti kaki. Arthropoda merupakan hewan
yang memiliki kaki yang berbuku buku atau beruas ruas, tubuhnya terdiri atas
caput (kepala), toraks (dada), dan abdomen (perut). Banyak ditemukan di darat,
di air tawar, di air laut serta di dalam tanah. Udang dari segi morfologinya
memiliki badan yang berus ruas dan memiliki bagian dada disebut cepalotorax
hidupnya biasa ditemukan di air laut atau air tawar seperti di sawah, di danau,
sungai, dan lain lain. Udang mempunyai dua bagian kaki yaitu kaki renang dan
kaki jalan. Pada kecoa badannya berbentuk bulat telur dan pipih dorsoventral
(gepeng). Memiliki 3 pasang kaki dan dua pasang sayap. Biasanya ditemukan di
tempat tempat yang kotor atau dalam keadaan tidak bersih.
Dari
kedua hewan tersebut udang masuk ke dalam kelas Crustacea dan Kecoa masuk ke
dalam kelas Insekta. Berdasarkan dari pemaparan di atas maka praktikum inipun
dilaksanakan. Di mana dalam praktikum ini lebih ditegaskan mengenai kedua filum
tersebut dengan dua macam contoh hewan yaitu Udang (Panaeus monodon) dan Kecoa (Blaberus
giganteus) di mana praktikan diharapkan mengetahui morfologi, anatomi,
klasifikasi, dan peranannya.
B.
Tujuan
Agar
praktikan mengetahui struktur/morfologi, faal fari kelas Arthropoda dengan segi
segi yang dipelajri; 1) pengenalan objek, 2) pengamatan ciri ciri
morfologi/struktur tubuh, 3) pola kehidupan, 4) penempatan objek dalam
kedudukan taksonomi, 5) pola gerak.
C.
Manfaat
Dalam
praktikum ini para mahasiswa diharapkan mampu mengetahui struktur/morfologi,
faal fari kelas Arthropoda dengan segi segi yang dipelajri; 1) pengenalan
objek, 2) pengamatan ciri ciri morfologi/struktur tubuh, 3) pola kehidupan, 4)
penempatan objek dalam kedudukan taksonomi, 5) pola gerak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Arthropoda
berasal dari bahasa Yunani, yaitu arthro
yang berarti ruas dan podos yang
beratti kaki. Jadi, arthropoda berarti hewan yang kakinya beruas ruas.
Organisme yang tergolong ilum Arhropoda memiliki kaki yang berbuku buku. Hewan
ini memiliki jumlah spesies yang saat ini diketahui sekitar 900.000 spesies.
Hewan yang tergolong Arthropoda hidup di darat sampai ketinggian 6.000 m,
sedangkan yang hidup di air dapat ditemukan sampai kedalaman 10.000 m (Karmana,
2007).
Ukuran
tubuh Arthropoda sangat beragam, beberapa diantaranya memiliki panjang yang
lebih dari 60 cm, namun kebanyakan berukuran kecil. Begitupula dengan bentuk Arthropodapun
beragam. Hewan arthropoda memiliki bentuk simetris bilateral, tripoblastik
selomata, dan tubuhnya yang bersegmen. Tubuh ditutupi lapisan kutikula yang
merupakan rnagka luar (eksoskeleton). Ketebalna kutikula snagat bevariasi
tergantung dair spesies hewannnya. Kutikula dihasilkan oleh epidermis yang
terdiri atas protein dan lapisan kitin. Pada waktu sernagga mengadakan pertumbuhan,
kutikula akan mengalami pengelupasan (Setiati, 2012).
Ciri
ciri umum dari arthropoda antara lain mempunyai anggota yang beruas ruas,
tubuhnya bilateral simetris, terdiri atas sejumlah ruas ruas, tubuh dibungkus
oleh zat kitin sehingga merupakan rangka luar, biasanya ruas ruas terdapat
bagain bagian yang tidak berkitin sehingga ruas ruas tersebut medah digerakan,
system saraf berupa system saraf tangga tali, coelom pada hewan dewasa adalah
kecil dan merupakan satu rongga yang berisi darah yang disebut homoecoel.
Klasifikasi arthropoda terdiri dari kelas crustacean, contoh udang ; klas onychophora, contoh : preparatus ; klas chilopoda,
contoh : kelabang ; klas diplopoda, contoh : kelemayar ; klas insecta, contoh :
belalang ; klas arachnoidae, contoh : laba-laba ; klas pauropoda, contoh :
pauropus dan klas symphyla, contoh : scutigerella (Pramudi,
2015).
Filum
Arthropoda saat ini yang paling
spesies- beragam filum dalam kerajaan hewan, terdiri dari lebih tiga–perempat
dari semua spesies yang dikenal. Approximatelly 1.100.000 spesies Arthropoda telah direkam, dan
kemungkinan bahwa lebih banyak tetap harus diklasifikasikan. Pada kenyataannya,
berdasarkan survei fauna serangga di kanopi hutan hujan, banyak perkiraan
spesies belum terdekskripsikan jauh lebih tinggi. Arthropoda termasuk laba-laba, kalajengking, kutu, tungau,
krustasea, kaki seribu, lipan, serangga, dan lainnya kurang baik–kelompok
terkenal. Selain itu, ada catatan fosil yang kaya meluas ke masa prakambium
sangat terlambat. Arthropoda adalah
prostomes eskolomate dengan baik sitem organ di kembangkan, dan mereka berbagi
dengan Annelida miliki segmentasi
mencolok. Namun, analisis molekuler terbaru komparatif menunjukkan bahwa
Annelida, dan arthropoda berevolusi dari nenek moyang yang berbeda (Roberts,
2009).
Udang mempunyai
anggota tubuh mirip dayung yang berfungsi dalam ventilasi, dengan cara
mendorong arus aliran air di atas insang. Insang bertulang sejati
diventilasi secara kontinu oleh aliran air yang memasuki mulut, lalu masuk
melalui celah dalam faring, mengalir diatas insang dan kemudian keluar tubuh.
Ventilasi membawa aliran oksigen segar dan membuang karbon dioksida yang di
keluarkan oleh insang. Karena air jauh lebih rapat dan mengandung lebih sedikit
oksigen persatuan volume dibandingkan dengan udara. Udang mempunyai insang
panjang dan berbulu yang ditutupi oleh eksoskeleton. Anggota tubuh khusus akan
mendorong air mengalir di atas permukaan insang. (Suheryanto, dkk, 2015).
Arthropoda bernapas dengan insang, trakea, atau paru-paru
buku.Sisa metabolisme berupa cairan dikeluarkan oleh organ ekskresi yang
disebut saluran/tubula Malpighi, kelenjar ekskresi, atau keduanya.Sistem
sirkulasi Arthropoda bersifat terbuka.Sistem sirkulasi terdiri dari jantung,
pembuluh darah pendek, dan ruang disekitar organ tubuh yang disebut sinus atau
hemosol.Darah Arthropoda disebut juga hemolimfa (Jasin, 1992).
Cara hidup dan habitat Arthropoda sangat beragam, ada yang
hidup bebas, parasite, komensial, atau simbiotik. Dilingkungan kita, sering
dijumpai kelompok hewan ini, misalnya nyamuk, lalat, kecoa, semut, kupu kupu,
capung, belalang, lebah, dan lain lain (Erwin, 2010).
Sistem reproduksi Arthropoda umumnya terjadi secara
seksual.Namun ada juga yang secara aseksual, yaitu dengan partenogenesis.
Partenogenesis adalah pembentukan individu baru tanpa melalui fertilisasi
(pembuahan).Individu yang dihasilkan bersifat steril.Organ reproduksi jantan
dan betina pada Arthropoda terpisah, masing-masing menghasilkan gamet pada
individu yang berbeda sehingga bersifat dioseus (berumah dua). Hasil
fertilisasi berupa telur (Erwin, 2010).
BAB III
METODE
PARKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum yaitu;
Waktu : Sabtu/29
April 2017
Pukul : 13.00 –
15.00 WITA
Tempat :
Laboratorium Biologi Lantai III
Universitas Muhammadiyah Makassar
B.
Alat dan Bahan.
1. Alat:
a. Papan Bedah
b. Alat Bedah
2. Bahan:
a. Blaberus
giganteus (Kecoa)
b. Panaeus
monodon (Udang)
3.
Prosedur Kerja
1. Mengamati sturktur luar/morfologi
hewan yang telah disediakan.
2. Meletakkan kedua hewan tersebut di
atas papn bedah dan mulai mengamati struktur anatominya.
3. Buka perlahan lahan kulit luar udang
dengan perlahan menggunakan tangan.
4. Membedah badan udang dan kecoak
dengan pisau secara hati hati agar organnya tidak ada yang terpotong.
5. Gambar setiap specimen yang diamati
dna berikan keterangan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Praktikum
Gambar Blaberu giganteus
|
Keterangan
|
|
1. Head
2. Antenna
3. Compound
eye
4. Mesothorax
5. Metathorax
6. Middle
leg
7. Abdomen
8. Hind
leg
9. Anal
cercus
10. Wing
11. Fore
leg
|
Gambar Panaeus monodon
|
Keterangan
|
|
1. Ekor
2. Anus
3. Usus
4. Otak
5. Ovary
6. Lambung
7. Mata
8. Mulut
9. Gigi
10. Kelenjar
malphigi
|
B.
Pembahasan
1. Pannaeus monodon (Udang)
a. Morfologi
Bagian tubuh udang memiliki dada dan kepala yang menyatu
dengan memiliki dua macam kaki yaitu kaki renang dan kaki jalan. Ekornya
seperti kipas dan tubuhnya ditutupi sebuah ruas ruas.
Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian
kepala dan bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut
cephalotorax yang terdiri dari 13 ruas,
yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di bagian dada. Bagian badan dan
abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai sepasang anggota
badan (kaki renang) yang beruas-ruas pula. Pada ujung ruas keenam terdapat ekor
kipas 4 lembar dan satu telson yang berbentuk runcing (Jasin, 1992).
b. Anatomi
Pada
anatomi udang bagian-bagiannya yaitu mimbar, otak cardium, pricardium, jantung,
ostium, usus, anus, vas deferens, ganglion, kelenjar pencernaan mulut, dan
kelenjar antenal. Kelompok udang-udangan mempunyai lima pasang antena, dua
pasang di rahang bawah. Dua pasang rahang atas dan satu dibadan yang berfungsi
bila bernafas.
c. Sistem organ
1. Sistem pencernaan
Alat
pencernaannya berupa mulut terletak pada bagian anterior tubuhnya, sedangkan
esophagus, lambung, usus dan anus terletak di bagian posterior. Hewan ini
memiliki kelenjar pencernaan atau hati yang terletak di kepala dan dada kedua.
Hepathopancreas dapat diidentikkan dengan lambung udang. Organ ini merupakan
pusat dari pencernaan udang dan terletak di bagian kepala dan pada posisi
normal berbentuk segitita serta berwarna kecokelatan.
2. Sistem pernafasan
Pada
umumnya udang bernafas dengan insang. Kecuali udang kecil yang bertubuh sangat
kecil bernafas dengan seluruh permukaan tubuhnya. Insangnya terletak di bagian
torax badannya. Insang udang tidak mirip dengan insang ikan. Insang udang kecil
sedangkan udang lebar.
3. Sistem reproduksi
Alat
reproduksinya umumnya terpisah, kecuali pada beberapa udang rendah. Alat
kelamin betina terdapat pada pasangan kaki ketiga. Sedangkan alat kelamin
jantan terdapat pada pasangan kaki kelima. Pembuahan terjadi secara eksternal
(di luar tubuh). Dalam pertumbuhannya, udang mengalami ekdisis atau pergantian
kulit. apabila kita menangkap udang, udang akan melepaskan pangkal kakinya.
Kemudian kaki tersebut akan tumbuh kembali melalui proses regenarasi.
4. Sistem peredaran darah
Sistem
peredaran darah udang disebut peredaran darah terbuka. Artinya darah beredar
tanpa melalui pembuluh darah. Darah tidak mengandung hemoglobin, melainkan
hemosianin yang daya ikatan terhadap O2 (oksigen rendah).
d. Habitat
Habitat
udang adalah di air tawar, air laut, danau, air sungai, kali, empang, teluk,
dan sebagainya.
e. Klasifikasi
Adapun
klasifikasi pada udang adalah sebagai berikut:
Kingdom :
Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Famili : Panaeidae
Genus : Panneus
Spesies : Panneus monodon (Jasin, 1992)
2.
Blaberus giganteus (Kecoa)
a. Morfologi
Dari
penampakan luarnya kecoak memiliki bentuk tubuh yang oval dan gepeng, memiliki
dua pasang sayap, memiliki 3 pasang kaki, kepala dan dadanya menyatu, dan
memiliki antenna di bagian atas kepalanya.
Kecoak memiliki tubuh yang berbentuk
bulat telur dan pipih dorsoventral (gepeng). Kepala agak tersembunyi dilengkapi
sepasang antena panjang yang berbentuk filiform yang bersegmen dan mulut tipe
pengunyah (chewing). Bagian dada terdapat 3 kaki 2 pasang sayap, bagian luar
tebal bagian dalam berbentuk membran. Caput melengkung ke ventro caudal dibawah
sehingga mulut menjol diantara dasar kaki pertama. Biasanya bersayap dua pasang
jenis Blaberus giganteus betina
memiliki sayap yang lebih pendek daripada jantan (tidak menutup abdomen). Kaki
disesuaikan untuk berlari (Setiati, 2007).
b. Anatomi
Kecoak
memiliki hati, tetapi lambung hanya merupakan pembesaran dari usus. Pada usus
terdapat katup-katup spiralis. Kecoak memiliki caput (kepala), terdapat mulut. Ada sepasang amata majemuk. Dan
terdapat antena dikepalanya. Kecoak memiliki lambung, usus dan anus. Kecoak
akan mengandung telur-telurnya sampai telur-telur tersebut menetas. Apabila
kecoak merasakan adanya gangguan pada cerci maka kakinya akan bergerak lari
sebelum otak menerima tanda-tanda atau sinyal.
c. Sistem organ
1. Sistem pencernaan
Saluran
pencernaan pada kecoak pada dasarnya meliputi usus depan, usus tengah, dan usus
belakang. Usus depan terdiri atas faring yang merupakan kelanjutan dari mulut
dan terletak di daerah kepala yang disetiap sisinya terdapat kelenjar ludah,
kemudian esophagus, yang membesar membentuk tembolok dan terletaak di daerah
mesothorax dan metathorax. Oragon selanjutnya adalah proventriculus yang
berperan sebagai organ penggiling usus tengaha meliputi lambung yang bagian
posteriornya masuk kedalam abdomen. Pada permukaan lambung terdapat 16 kantong
berbentuk kerucut yaitu gastric-ceca yang berperan menghasilkan enzim-enzim
pencernaan, dan hasil sekresi ini akan diberikan kedalam lambung, usus tengah
merupakan tempat dimana terjadinya absorbsi nutrisi, sedangkan usus belakang
tersusun atas usus yang membesar dan usus kecil yang meluas ke dalam rectum.
2. Sistem pernafasan
Sistem
pernafasan pada kecoak terdiri dari tabung trakea dan spirakel. Cabang-cabang
tabung trakea tersebar diseluruh tubuh. Diatur sepanjang tubuh. Tiga pasang
trakea terjadi ini disebut batang trakea. Tergo setnum tejadi pada segmen
abdomen kecoa. Melalui kontraksi dan relaksasi otot-otot ini, rongga-rongga
perut mengembang dan kontrak berirama. Perluasan rongga perut menyebabkan
pelebaran batang trakea. Akibatnya, udara bergegas kedalam sistem trakea
melalui spirakel. Udara ini menyebar ke tracheoles dimana pertukaran gas
terjadi antara dan jaringan sel-sel udara. Ketika kontrak perut, batang-batang
trakea juga kontrak dan udara keluar ke
atmosfer.
3. Sistem ekskresi
Kecoak
mengeluarkan hasil buangannya dalam bentuk gumpalan kecil hitam yang umumnya
berupa uric acid. Uric acid atau asam urat adalah produk limbah biasanya hadir
dalam darah sebagai akibat dari kerusakan purin. Darah kecoak tidak merah
karena tidak menggunakan hemoglobin untuk membawa oksigen. Bahkan aliran darah
mereka tidak digunakan untuk membawa oksigen.
4. Sistem reproduksi
Kecoak
dapat bertelur tanpa kawin. Kecoak mula-mula mematangkan telur (oosit) dalam
ovariumnya sebelum kawin. Telur berevolusi dan berkembang dalam ovarium ketitik
ketika siap untuk ovulasi. Setelah ovulasi, ootheca yang menutupi telur
seringnya sangat tipis. Secara fisiologis, kecoa tahu untuk tidak
membuang-buang protein. Partogenesis adalah proses memproduksi telur yang subur
tanpa partisipasi jantan (Jasin, 1992).
d. Habitat
Kecoak
seringkali ditemukan ditempat-tempat kotor dan jorok. Tempat-tempat tersebutlah
yang paling disukai oleh kecoa. Kecoa lebih suka tinggal di daerah tropis.
Karena kecoak suka dengan keadaan udara yang lembab (Setiati, 2007).
e. Klasifikasi
Adapun klasifikasi pada kecoak
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo :
Blattodea
Famili : Blattellidae
Genus : Blaberus
Spesies : Blaberus
giganteus (Jasin, 1992)
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Morfologi
dari Arthropoda yaitu; tubuh Arthropoda terdiri atas caput (kepala), toraks(dada),
dan abdomen (perut) yang bersegmen-segmen. Hewan arthropoda ada yang mengalami
metemorfosis sempurna, metemorfosis tidak sempurna, dan ada yang tidak
bermetamorfosis. Sistem reproduksi Arthropoda umumnya terjadi secara seksual. Ciri-ciri umum dari antropoda antara lain mempunyai
anggota yang beruas, tubuhnya bilateral simetris terdiri atas sejumlah
ruas-ruas, tubuh dibungkus oleh zat kitin sehingga merupakan rangka luar,
biasanya ruas-ruas terdapat bagian-bagian yang tidak berkitin sehingga ruas-ruas
tersebut mudah digerakkan, sistem saraf berupa sistem saraf tangga tali.
B.
Saran
Saran
saya pada praktikum kali ini kecoak hendaknya diamati struktur anatominya dan
membedah bagian ventralnya dengan hati hati.
DAFTAR
PUSTAKA
Erwin, Mulyo. Binatang serangga. Jakarta: UIP , 2011.
Karmana, oman. 2007. Cerdas Belajar Biologi. Bandung:
Grafindo
Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya Sinar
Wijaya
Roberts,
dkk. Zoologyy. San fransisco,
California: thriteend edition, 2009
Setiati. Artropoda.
Jakarta: Lusdt, 2007.
Suheryanto, dkk. 2015. Komunitas
Artropoda Tanah di Kawasan Sumur Minyak Bumi di Desa Mangunjaya Kecamatan Babat
Toman Kabupaten Musi Banyuasi Provinsi Sumatra Selatan. Jurnal Ilmu Lingkungan. Vol. 13, No. 6
Soedijo,
Samharinto dan Pramudi, Indra M. Keanekaragaman Arthropoda Pada Persawahan
Tadah Hujan di Kalimantan Selatan. Pros
Sem Nas Masy Biodiv Indon. Vol. 1, No. 6, 2015 : 1307-1311.
Komentar
Posting Komentar