Laporan Praktikum Annelida


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Secara garis besar, kingdom Animalia dibagi menjadi  dua yaitu Vertebrata dan Invertebrata. Vertebrata merupakan istilah untuk hewan yang mempunyai tulang belakang (vertebrae) dan Invertebrata merupakan istilah untuk hewan yang tak memiliki tulang belakang (vertebrae). Vertebrata dibagi menjadi lima kelas yaitu; Pisces, Amphibi, Reptil, Aves, dan Mammalia. Sedangakn Invertebrata dibagi menjadi 9 kelas yaitu; Protista, Coelenterata, Nemathelmintes, Plathyhelmintes, Annelida, Artropoda, Insekta, Mollusca, dan Echinodermata.
Dalam kehidupan kita sehari hari, kita hidup berdampingan dengan hewan Vertebrata dan Invertebrata. Jumlah mereka bahkan jauh lebih banyak dibandingkan seluruh jiwa di dunia. Dalam halnya mereka dapat bersifat parasit namun adapula yang menguntungkan. Contohnya pada cacing tanah. Cacing tanah yang bersifat menguntungkan di mana cacing tanah bercampur dengan dedaunan, jadi menaikkan kandungan humus tanah. Contoh yang merugikan seperti kecoa yang dapat menimbulakn penyakit karena hidupnya ditempat yang kotor. Kedua contoh hewan tersebut merupakan salah satu contoh dari Invertebrata. Di mana mereka tak memiliki tulang belakang (vertebrata). Cacing masuk ke dalam kelas Annelida dan kecoa ke dalam Insekta.
Pada praktikum kali ini kami membahas mengenai filum Annelida. Di mana filum ini kebanyakna hidupnya bersifat parasite dalam tubuh. Annelida (dalam bahas alatin annelus = cincin) merupakan kelompok cacing dengan tubuh bersegmen. Annelida merupakan hewan tripoblastik yang sudah memiliki selomata atau rongga tubuh. Golongan lain dari annelida yang banyak dikenal adalah lintah penghidap darah. Lintah mempunyai titik penghisap dikedua ujung badannya. Batil penghisap prosterior dipergunakan untuk melekatkan diri pada tubuh inang, sedangkan batil penghisap anterior dipergunakan untuk menghisap darah. Dengan diadakannya praktikum ini diharapkan praktikan dapat mengetahui struktur morfologi, anatomi, fisiologi, dan lain lain dari Filum Annelida kelas Oligochaeta yaitu Cacing Tanah (Lumbricus terrestis).

B.     Tujuan
Agar dapat mengetahui struktur/morfologi, faal dari filum Annelida dengan segi yang dipelajari: 1) pengamatan objek, 2) pengamatan ciri ciri morfologi/struktur tubuh, 3) pola kehidupan, 4)penempatan objek dalam kedudukan taksonomi, 5) pola gerak.

C.    Manfaat
Praktikan dapat mengetahui struktur/morfologi, faal dari filum Annelida dengan segi yang dipelajari: 1) pengamatan objek, 2) pengamatan ciri ciri morfologi/struktur tubuh, 3) pola kehidupan, 4)penempatan objek dalam kedudukan taksonomi, 5) pola gerak.












BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A.    Pengertian
Annelida berarti “cacing kecil” dan tubuh bersegmen yang mirip dengan serangkaian cinicn yang menyatu merupakan ciri khas dari filum Annelida. Terdapat sekita 15.000 spesies filum Annelida, yang panjangnya berkisaran antara 1mm sampai 3 m pada cacing tanah Australia. Anggota filum Annelida hidup di laut, sebagian besar habitat hidup di air tawar, dan tanah lembab. Kita dapat menjelaskan anatomi filum annelida  menggunakan anggota filum yang terkenal, yaitu cacing tanah. Selom cacing tanah terpartisi oleh septa, tetapi saluran pencernaan, pembuluh darah longitudinal, dan tali saraf menembus septa itu dan memanjang disekujur tubuh hewan itu (pembuluh utama memliki cabang bersegmen) (Campbell 2003: 227).
Pada umumnya Annelida hidup bebas, ada yang hidup dalam liang, beberapa bersifat komensal pada hewan-hewan aquatic, dan ada juga yang bersifat parasit pada vertebrata. Annelida di samping tubuhnya bersegment-segment, juga tertutup oleh kultikula yang merupakan hasil sekresi dari epidermis; sudah mempunyai sistem nervosum, sistem kardiovaskula tertutup, dan sudah ada rongga badan atau celom (Radiopoetro 1996: 284).
Annelida berbeda dengan kelompok-kelompok cacing yang lain dalam hal-hal berikut: a) Tubuhnya dibagi ke dalam satu deretan memanjang ruas-ruas serupa yang juga disebut metamer (metamere) atau somit (somites), yang kelihatan dari luar dan karena adanya cekungan yang mengelilingi tubuh dan kelihatan dari dalam karena adanya sekat yang dinamakan septa atau sekat, b) Rongga tubuh antara saluran pencernaan dan dinding tubuh merupakan rongga tubuh yang sebenarnya, c) Hewan ini mempunyai satu ruas pra-oral yang dinamakan prostomium, d) Sistem saraf terdiri dari satu pasang ganglia pra-oral dorsal, otak, dan satu pasang benang saraf ventral khas dengan satu pasang ganglia dalam setiap ruas, dan e) Kutikula bukan dari bahan kitin (Rohmimohtarto 2007: 162).



B.     Klasifikasi           
Annelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Kelas Chaetopoda, Kelas Archiannelida dan Kelas Hirudine.
1.      Kelas Chaetopoda (cacing berambut banyak)
Kelas Chaetopoda, merupakan cacing annelid yang hidup dilaut, air tawar dan di darat, dengan ruas-ruas tubuh yang kelihatan nyata, mempunyai skat-sekta antara, bulu kaku dan sebuah rongga tubuh.
a.        Ordo Polycheta
Polychaeta (dalam bahasa yunani, poly = banyak, chaetae = rambut kaku) merupakan annelida berambut banyak.Tubuh Polychaeta dibedakan menjadi daerah kepala (prostomium) dengan mata, antena, dan sensor palpus.
Polychaeta memiliki sepasang struktur seperti dayung yang disebut parapodia (tunggal = parapodium) pada setiap segmen tubuhnya.Fungsi parapodia adalah sebagai alat gerak dan mengandung pembuluh darah halus sehingga dapat berfungsi juga seperti insang untuk bernapas. Setiap parapodium memiliki rambut kaku yang disebut seta yang tersusun dari kitin.
Contoh spesies Polychaeta yang sesil adalah cacing kipas (Sabellastarte indica) yang berwarna cerah. Kebanyakan Polychaeta hidup di laut serta memiliki parapodia dan setae. Sedangkan yang bergerak bebas contoh spesiesnya adalah Nereis virens (cacing pasir), Marphysa sanguinea, Eunice viridis (cacing palolo), dan Lysidice oele (cacing wawo)
b.      Ordo Oligochaeta
Oligochaeta (dalam bahasa Yunani, oligo = sedikit, chaeta = rambut kaku) yang merupakan annelida berambut seidikit. Oligochaeta tidak memiliki parapodia, namun memiliki seta pada tubuhnya yang bersegmen.
Contoh  spesies  dair Oligochaeta yang paling terkenal adalah cacing tanah. Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah, karena tidak memiliki tulang belakang (invertebrata). Cacing tanah tergolong ke dalam Filum Annelida. Annelida berasal dari kata “Annulus” yang berarti cincin. Tubuh hewan ini terdiri dari cincin-cincin atau segmen-segmen. Cacing tanah dikelompokkan dalam ordo Oligochaeta. Oligochaeta (dalam bahasa yunani, oligo=sedikit, chaetae=rambut kaku) merupakan annelida berambut sedikit. Oligochaeta terdiri atas dua subordo yakni Archioligochaeta memiliki jumlah seta tidak sama setiap segmen, saluran jantan membuka pada satu segmen eksterior. Subordo Neooligochaeta (seta lumbricin atau perichaetin, lubang jantan tidak teratur pada segmen belakang saluran). Jenis cacing tanah antara lain adalah cacing tanah Amerika (Lumbricus terrestris), cacing tanah Asia (Pheretima), cacing merah (Tubifex), dan cacing tanah raksasa Australia (Digaster longmani). Cacing tanah, yang cenderung memiliki sedikit setae yang bergerombol secara langsung dari tubuhnya. Cacing tanah memiliki kepala atau parapodia yang kurang berkembang. Pergerakannya dengan gerak terkoordinasi dari otot-otot tubuh dibantu dengan setae (Satheeshkumar, 2011).
2.      Kelas Archiannelida
Kelas Archiannelida merupakan Annelida laut yang kecil tidak mempunyai setae, tidak mempunyai parapoda. Ruas-ruas tubuhnya tak dapat dibedakan dari luar. Prostomiumnya mempunyai sepasang tentakel.  Lubang  mulutnya terletak dibagian bawah dari ruas pertama dan lubang anusnya di ruas terakhir. Sepasang celah berbulu getar masing-masing di sisi prostomium. Rongga tubuh terbagi-bagi menjadi ruang-ruang oleh sekat-sekat. Alat-alat dalam diulang-ulang keberadaannya sehingga hamper setiap tuas memiliki rongga tubuh, otot longitudinal, sepasang nefridia, sepasang gonad, satu bagian dari saluran pencernaan dan bagian dari benang saraf ventral.
Anggota-anggota kelas ini hidup di laut, struktur tubuh masih sederhana. Bersifat diesius atau hermafrodit. Contoh spesiesnya adalah Polygordius sp. Dimana hewan ini hidup disepanjang pantai, bentuknya menyerupai larva poliketa yang primitive atau sebagai poliketa yang telah mengalami degenerasi. Bentuknya seperti benang dngan panajng 100 mm, dan penampang dengan  radius kira-kira 1 mm, dari luar somit (segmen) tidak nampak jelas. Prostomium dengan 2 buah tentakel perasa. Alat-alat tubuh dalam seperti pada polikata umumnya, tetapi lebih sederhana. Selom dibagi ke dalam kompartemen-kompartemen, tiap kompartemen dilengkapi dengan sepansang nefridia. Sistem saraf terletak dalam epidermis. Perkembangan-biakan Polygordius mencakup Larva berbentuk trokofor, somit-somit terbentuk di bagian posterior selama proses metemorfosis. Dewasanya tubuh melalui perpanjangan ujung anus. Perpanjangn menjadi beruas-ruas dan dengan pertumbuhan yang berkelanjutan akhirnya menjadi hewan dewasa (Firmansyah, 2007).
3.      Kelas Hirudinea
Hirudinea merupakan kelas annelida yang jenisnya sedikit. Hewan ini tidak memiliki arapodium maupun seta pada segmen tubuhnya. Panjang Hirudinea bervariasi dari 1 – 30 cm.Tubuhnya pipih dengan ujung anterior dan posterior yang meruncing. Pada anterior dan posterior terdapat alat pengisap yang digunakan untuk menempel dan bergerak. Sebagian besar Hirudinea adalah hewan ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya.Inangnya adalah vertebrata dan termasuk manusia.Hirudinea parasit hidup denga mengisap darah inangnya, sedangkan Hirudinea bebas hidup dengan memangsa invertebrata kecil seperti siput (Radioputro, 1996).
Contoh  spesies Hirudinea parasit adalah Hirudo medicinalis (lintah). Linta mencapai panjang 5-8 cm, pipih dorsoventral, dengan 26 metamer, tetpai dari luar nampak tiap metamer itu mempunyai 2-5 anulasi (cincin yang melingkari tubuh). Pada linta tidak ada setae dan parapodia. Pada sebelah anterior terdapat sebuah penghisap oral, dan pada sebelah posterior ada lagi sebuah kedua penghisap itu untuk menempel pada inang waktu mneghisap darah. Mulut mempunyai 3 buah ranah dari kitin yang tersusun dalam segitiga. Tiap rahang tertutup dengan sersi (gigi-gigi kecil seperti pada gergaji). Segmen 9-11 berfungsi sebagai klitelium. Pada Saat merobek atau membuat lubang, lintah mengeluarkan zat anestetik (penghilang sakit), sehingga korbannya tidak akan menyadari adanya gigitan. Setelah ada lubang, lintah akan mengeluarkan zat anti pembekuan darah yaitu hirudin. Dengan zat tersebut lintah dapat mengisap darah sebanyak mungkin.                                          
Sistem pencernaan  linta dimulai dari mulut terus ke faring yang berotot (segmen 4-8) dan dikelilingi dengan kelenjar ludah. Kelenjar ini menghasilkan secret yang mengandung bahan anti-koagulasi (mencegah mengentalnya darah). Dari faring terus ke tembolok yang dilengkapi dengan 11 pasang kantung lateral memanjang sampai segmen ke-18. Kantung-kantung yang memanjang itu kemudian bersatu lagi menjadi lambung yang di sebelah dalamnya terdapat lipatan-lipatan spiral internal yang berguna untuk mencerna darah yang mengalir dari tembolok secara berangsur-angsur. Dari lambung saluran digesti melanjut ke usus, rectum, dan berakhir sebagai anus disebelah posterior.
Sistem respirasi dan sirkulasi berlangsung melalui permukaan kulit. Darah yang mengandung hemoglobin mengalir dalam pembuluh-pembuluh longitudinal yang berotot di sebelah lateral tubuh. Di sebelah dorsal dari ventral tuubh juga ada sinus-sinus berdinding tipis yang secara tidak langsung menghubungkan pembuluh-pembuluh longitudinal berotot itu dengan ronga-rongga dalam selom (Kusnandi, 2013).
C.    Peranan
Setelah memabahas mengenai klasifikasi di atas berikut peranan Annelida dalam kehidupan. Peranannya ada yang menguntungkan seperti sebagai bahan baku ternak di mana memiliki kandungan protein, lemak, mineral yang tinggi. Adapun digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan obat obatan di mana dapat menurunkan demam, tekanna darah, dll. Dalam ordo Oligochaeta contoh yang menguntungkan seperti cacing tanah (Lumbricus terrestis). Cacing tanah (Lumbricus terresteris) dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah. Aktivitas cacing yang memankan dan mengeluarkannya dalam bentuk cast sangant bermanfaat bagi sifat fisik maupun sifat kimia tanah.
Cacing tanah mampu mempengaruhi struktu tanah melalui pencernaan, pemilihan partikel berukuran kecil dan membentk struktur yang lebuh spesifik, sehingga cacing tanah disebut sebagai biofabrik. Cacing tanah juga dapat mempengaruhi laju dekomposisi bahan organic, sehingga dapat meningkatkan kadar unsure hara dalam tanah. Pengaruh tersebut tergantung pada jenis cacing, jenis tanah dan kualitas bahan organic. Selain itu, cacing tanah juga berperan dalam memperbaiki tata ruang tanah, memperbaiki pori tanah, memperbaiki infiltrasi tanah, sebagai pengurai seresah dan sebagai agen bioturbasi atau agen yang membantu pembalikan tanah untuk distribusi bahan organic, sehingga bahan organic merata dalam tanah. (Rikky Firmansyah, dkk.2004).






BAB III
METODE PRAKTIKUM

A.    Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut;
Waktu       : Sabtu/29 April 2017
Pukul         : 13.00 – 15.00 WITA
Tempat      : Laboratorium Biologi Lantai III  Universitas Muhammadiyah Makassar

B.     Alat dan Bahan
1.      Alat:
a.       Papan Bedah
b.      Alat Bedah
2.      Bahan:
a.       Cacing Tanah (Lumbricus terrestis)
C.    Prosedur Kerja
a.       Mengamati dengan loop struktur morfologi dari Lumbricus terrestis, dan membedah cacing agar dapat mengamati struktur anatominya.
b.      Mengambarkan bagian bagian tubuhnya dan memberi keterangan selengkapnya.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Pengamatan
Gambar Lumbricus terrestis
Keterangan

1.      Mulut
2.      Otak
3.      Ganglion subfaring
4.      Epidermis
5.      Pembuluh pemompa
6.      Tembolok
7.      Septum
8.      Otot memanjang
9.      Otot molingkar
10.  Pembuluh darah ventral
11.  Pembuluh darah dorsal
12.  Klitelum
13.  Usus halus
14.  Ampela
15.  Esophagus
16.  Faring
B.     Pembahasan
1.      Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Filum               : Annelida
Ordo                : Haplotaxida
Family             : Lumbricidae
Class                : Trematoda
Genus              : Lumbricus
Spesies            : Lumbricus terrestis (Jasin, 1992).
2.      Morfologi
Pada penampakan luar yang di temukan bahwa cacing memiliki tubuh yang licind dan lembek dan memiliki susunan tubuh seperti cincin yang beraturan, kliteliumnya berwarna lebih lembut di bandingkan dengan warna tubuh.
Cacing tanah (Lumbricus terresteris) memiliki bentuk tubuh simetri bilateral, panjang silindris, membulat didepan, menumpul dibagian ekornya. Cacing dewasa dapat mencapai 150 mm panjang 3 sampai 5 mm lebar. Tubuh bersegmen-segmen, warna tubuh cacing berwarna coklat gelap atau liat, permukaan atas berwarna merah sampai biru kehijau-hijauan dan dari luar aorta dorsalis kelihatan jelas permukaan bawah lebih pucat. Mulut terdapat di ujung anterior, mulut cacing tanah terletak di dalam rongga oris.
Satu clitellum menjadi bagian dari sistem reproduktif dari clitellates, satu bagian jenis dari annelids yang mengandung oligochaetes (cacing tanah). clitellum adalah satu tebal, seperti pelana, cincin ditemukan pada epidermis (kulit) dari cacing, biasanya dengan satu pigmen berwarna lembut. Untuk membentuk satu kokon untuk telor ini, clitellum mengeluarkan satu zalir kental. Anggota tubuh ini dipergunakan di reproduksi seksual dari beberapa annelids. clitellum menjadi nyata pada matang annelids tapi susah untuk menempatkan terlihat pada annelids lebih muda. Di lintah, ini tampak musiman. Warna ini biasanya korek api sedikit dibandingkan tersebut tubuh dari annelid. Adakalanya, segmen hidup dari cacing akan ditumpahkan dengan clitellum (Jasin, 1992).
3.      Anatomi
Dinding tubuh cacing (Lumbricus terresteris) mempunyai 2 lapis otot, yaitu circulare dan longitudinal, mulut cacing terletak di dalam rongga oris. Phatynx terdapat di dalam segmen ke-4 dan ke-5, system sirkulasi cacing tanah, dengan darah yang terdiri atas bagian cair yang disebu plasma, dan sel-sel darah atau korpuskula. System ekskresi cacing tanah berupa nephridia. Pada segmen tubuh terdapat sepasang, system saraf cacing tanah, terletak di sebelah dorsal pharynx di salam segmen yang ke-3 dan terdiri ganglion ceberal, yang tersusun atas 2 kelompok sel-sel saraf dengan commisura, berkas saraf ventralis dengan cabang-cabangnya. Cacing tanah tidak mempunyai mata, tetapi pada kulitnya terdapat  sel saraf tertentu yang peka terhadap sinar (Jasin, 1992).
4.      Habitat
Cacing tanah dapat ditemukan pada tanah lahan kering masam sampai alkali (basa) yang memiliki kecukupan air.






















BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Annelida adalah kelompok hewan dengan bentuk tubuh seperti susunan cincin, gelang-gelang atau ruas-ruas. Annelida merupakan cacing dengan tubuh bersegmen, tripoblastik dengan rongga tubuh sejati (hewan selomata) dan bernapas melalui kulitnya. Terdapat sekitar 15.000 spesies annelida dengan panjang tubuh mulai dari 1 mm-3 m.  Pada cacing tanah memiliki struktur anatomi yaitu memiliki otot yaitu sirkular dan longitudinal. System ekskresinya berupa nephridia. Cacing tanah tidak memiliki mata, tetapi memiliki sel saraf tertentu oada kulitnya yang peka terhadap sinar matahari. Filum Annelida hidup di air tawar, air laut, dan di tanah. Umumnya annelida hidup secara bebas, meskipun ada yang bersifat parasite.
Annelida terbagi menjadi 3 kelas yaitu Chaetopoda terbagi menjadi dua ordo Polycheta dan Oligochaeta, kelas Archiannelida, dan kelas Hirudinea. Kebanyakan filum annelida bersifat parasite namun ada juga yang bersifat menguntungkan.

B.     Saran
Untuk itulah kita sebagai manusia harus mensyukuri dan menjaga kelestarian dari berbagai makhluk hidup khususnya annelida.







DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid  II. Jakarta. Erlangga
Firmansyah Rikky,dkk.(2007).Mudah dan aktif belajar biologi.Jakarta. Jakarta: PT.OLTIA PURNA

Kusnandi, Agus. 2013. Struktur Komunitas Annelida Sebagai Bioindikator Pencemaran Sungai Ancar Kota Mataram Dan Upaya Pembuatan Poster Untuk Pendidikan Masyarakat. Jurnal Ilmu Lingkungan. Vol. 2, No.7 : 2567-2578.

Radiopoetro. 1996. Zoologi . Jakarta. Erlangga
Rohmimohtarto, Kasijan. 2007. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut. Jakarta: Erlangga.

Satheeshkumar, P, dkk. 2011. Annelida, Oligochaeta, Megascoleadae, Pontodrilus Litoralis (Grupe, 1985): First Record From Pondicherry Mangroves, Southeast Coast Of India. International Journal Of Zoological Research. Vol. 7, No. 6: 406-409


Komentar

Postingan Populer