Laporan Praktikum Amphibi


BAB I
PENDAHLUAN

A.    Latar Belakang
Dalam kingdom Animalia dibedakan menjadi dua bagian yaitu Invertebrata dan Vertebrata. Invertebrata merupakan kelompok hewan yang tidak memilii tulang belakang, sedangkan Vertebrata merupakan kelompok hewan yang memiliki tulang belakang. Dalam jenisnya Invertebrata di bagi menjadi sembilan kelas dan Vertebrata dibagi menjadi lima kelas.
Dalam praktikum ini akan membahas salah satu dari Vertebrata yaitu kelas Amphibi. Jika melihat dari struktur morfologinya biasanya orang akan merasa jijik atau tidak suka dengan penampilannya bahkan ada juga orang yang mengidap phobia karena struktur luar hewan ini. Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang sangat tinggi, tidak tertutupi rambut dan mampu hidup di air maupun di darat. Salah satu contoh yang paling dikenal pada kelas ini adalah katak.
Amphibia hidup didekat air dan paling berlimpah di habitat lembab seperti rawa dan hutan hujan tropis sebagian besar amfibia sangat bergantung pada kulitnya yang lembab untuk melakukan pertukaran gas dengan lingkungannya. Kelas amfibi kini hanya di wakili sekitar 6.150 spesies salamander (Ordo Urodela), katak (ordo anura), dan sesilia (ordo apoda). Hanya terdapat sekitar 550 spesies urodela. Beberapa spesies sepenuhnya akuatik, namun yang lain hidup di daratan sepanjang hidupnya atau ketika dewasa. Sebagian besar salamander yang hidup di daratan berjalan dengan tubuh yang meliuk-liuk ke kiri dan ke kanan, ciri yang diwarisi tetrapoda darat awal
Pada praktikum kali ini kami membahas mengenai kelas Amphibi di mana mengambil contoh salah satu anggotanya yaitu Katak (Rana cancarivora) sebagai bahan praktikum. Di harapkan dapat mengetahui bagaimana struktur moroflogi, fisiologi dan anatominya.

B.     Tujuan
Agar praktikan mengetahui struktur morfologi, faal dari Katak (Rana cancarifora) dengan segi yang dipelajari; 1) pengenalan objek, 2) pengamatan ciri ciri morfologi/struktur tubuh, 3) pola kehidupan, 4) penempatan objek dalam kedudukan taksonomi, 5) pola gerak.

C.    Manfaat
Dalam praktikum ini para mahasiswa diharapkan mampu mengetahui struktur/morfologi, faal fari Katak (Rana cancarivora) dengan segi segi yang dipelajri; 1) pengenalan objek, 2) pengamatan ciri ciri morfologi/struktur tubuh, 3) pola kehidupan, 4) penempatan objek dalam kedudukan taksonomi, 5) pola gerak.














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Amfibi merupakan hewan berdarah dingin yang hidup di 2 habitat, yaitu perairan dan daratan. Amfibi memiliki kelembaban kulit yang tinggi sehingga kulitnya relatif licin. Kata amfibi berasal dari kata “amphi” yang berarti ganda dan “bios” yang berarti hidup. Amfibi didefinisikan sebagai hewan-hewan yang dapat hidup di dua habitat, terdapat 5.359 jenis amfibi yang terbagi atas bangsa yaitu Caudata, Anura dan Gymnophiona. Umumnya ordo anura memiliki siklus kehidupan yang mengalami metamorfosis (Winarni, 2009). 
Amphibia adalah vertebrata yang secara tipikal dapat hidup baik dalam air tawar  (tak ada yang di air laut) dan di darat. Sebagian besar mengalami metamorfosis dari berudu (akuatis dan bernapas dengan insang) ke dewasa (ampfibius dan bernapas dengan paru-paru),namun  beberapa jenis amfhibia tetap mempunyai insang selama hidupnya. Jenis-jenis yang sekarang ada tidak mempunyai sisik luar, kulit biasanya tipis dan basah  (Kimball, 1999).
Amphibi memiliki ciri ciri diantaranya yaitu:
1.      Kulit selalu basah dan berkelenjar, tidak bersisik luar
2.      Memiliki dua pasang kaki untuk berjalan atau berenang, berjari 4-5 atau lebih sedikit dan tidak bersirip.
3.      Terdapat dua buah nares (lubang hidung sebelah luar) yang menghubungkan dengan cavum oris. Padanya terdapat klep untuk menolak air. Mata berkelopak yang dapat digerakan, lembar gendang pendengar terletak disebelah luar. Mulut bergigi dan berlidah yang dapat dijulurkan diluar.
4.      Skeleton sebagian besar berupa tulang keras, tempurung kepalanya memiliki condyl, bila memiliki costae tidak menempel pada sternum
5.      Cor terbagi atas tiga ruangan, yakni dua ruangan auricular dan satu ruangan ventriculum, mempunyai satu atau tiga pasang archus aorticus, erythrocyte berbentuk oval dan bernucleus.
6.      Pernapasannya dengan insang, paru – paru, kulit atau garis mulut.
7.      Otak memiliki 10 pasang nervi cranialis.
8.      Suhu tubuh tergantung dengan lingkungannya (poikilothermis).
9.      Fertilisasi terjadi diluar atau didalam tubuh, kebanyakan ovivar. Telur berkuning telur dan terbungkus oleh zat gelatin membelah secara holoblastis tidak sama tidak memiliki embryonie (Jasin, 1984).
Amphibi merupakan perintis vertebrata daratan. Paru-paru dan tulang anggota tubuh, yang mereka warisi dari moyang krosopterigia, memberikan sarana untuk lokomosi dan bernapas di udara. Atrium kedua dalam jantung memungkinkan darah yang mengandung oksigen langsung kembali ke dalamnya untuk dipompa ke seluruh badan dengan tekanan yang penuh. Sementara percampuran darah yang mengandung oksigen dengan darah yang kurang mengandung oksigen terjadi dalam vertikel tunggal, jantung yang beruang tiga itu agaknya memberikan peningkatan yang berarti dalam efisiensi peredaran dan dengan demikian meningkatkan kemampuan untuk mengatasi lingkungan daratan yang keras dan lebih banyak berubah-ubah (Astuti, 2010).
Pembagian Ordo ada 3 kelas amphibian yaitu Ordo Caudata (Urodela), adalah amphibia yang pada bentuk dewasa mempunyai ekor. Tubuhnya berbentuk seperti bengkarung  (kadal). Beberapa jenis yang dewasa tetap mempunyai insang, sedang jenis-jenis lain insangnya hilang, Ordo Salienta (Anura), pandai melompat, pada hewan dewasa tidak ada ekor. Hewan dewasa bernapas dengan paru-paru. Kaki dan skeleton sabuk tumbuh baik. Fertilisasi eksternal. Ordo Apoda (Gymnophiana), tengkorak kompak, banyak vertebrae, rusuk panjang, kulit lunak dan menghasilkan cairan yang merangsang. Antara mata dan hidung ada tentakel yang dapat ditonjolkan keluar (Campbell, 1999).
Ciri-ciri amphibi yaitu memiliki 3 ruang jantung yang terdiri dari 2 atrium dan 1 ventrikel. Sirkulasi amphibi disebut sebagai sirkulasi ganda tertutup, yaitu ganda yang berarti dua kali melewati jantung dan tertutup yang artinya darah tidak keluar dari pembuluh darah. Amphibia bersuhu poikilotermis artinya mempunyai suhu yang berubah-ubah sesuai dengan lingkungannya. Amphibi mempunyai selaput pada kaki “selaput natataria” yang berfungsi untuk berenang, juga memiliki selaput pada mata “selaput niktitans” berfungsi untuk melindungi mata dari gesekan air (Prowel, 2010).
Amphibi hidup dengan dua habitat yaitu di habitat darat dan habitat air. Termasuk hewan poikoloterm (berdarah dingin). Pembagian tubuh terdiri atas kepala dan badan atau kepala, badan, dan ekor. Kulit lembap berlendir, terdiri dari dermis dan epidermis. Warna kulit bermacam-macam karena adanya pigmen di dalam dermis (biru, hijau, hitam, coklat, merah, dan kuning) tepat dibawah epidermis. Mempunyai dua lubang hidung yang berhubungan dengan rongga mulut. Penghubung antara rongga hidung dan rongga mulut disebut koane, di kanan kiri tulang vomer yang berbentuk V, penghubung antara rongga mulut dengan rongga telinga disebut Eustachius. Endokskeleton mempunyai kolumna vertebralis (ruas tulang belakang). Terdapat sepasang rahang, gigi, lidah, dan langit-langit (Yudha, 2014).

















BAB III
METODE PRAKTIKUM

A.    Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum yaitu;
Waktu       : Sabtu/6 Mei 2017
Pukul         : 16.00 – 18.00 WITA
Tempat      : Laboratorium Biologi Lantai III  Universitas Muhammadiyah Makassar

B.     Alat dan Bahan.
1.      Alat:
a.       Papan Bedah
b.      Alat Bedah
2.      Bahan:
a.       Katak (Rana cancarivora)

C.    Prosedur Kerja
a.       Mengamati struktur luar/morfologi dari katak.
b.      Membius katak terlebih dahulu sebelum mulai membedah.
c.       Setelah katak sudah tidak sadar, kemudian meletakkan katak di atas papan bedah dengan posisi ventral tubuhnya menghadap ke atas.
d.      Membedah tubuh katak dengan hati hati menggunakan pisau bedah agar organnya tidak ada yang rusak.
e.       Menggambar bagian bagian katak dan berikan keterangan.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Praktikum
Anatomi Rana cancarivora
Keterangan

1.      Cerebral hemisphere
2.      Olfactory lobe
3.      Eyeball
4.      Optic chiasma
5.      Hypophisis
6.      Infudiblum
7.      Esophagus
8.      Heart
9.      Lung
10.  Liver
11.  Stomach
12.  Gall bladder
13.  Small intestines
14.  Adrenal gland
15.  Wolffian duct
16.  Large intestines
17.  Cloaca
18.  Bladder
19.  Ovary
20.  Kidney
21.  Oviduct
22.  Ova
Morfologi Rana cancarivora
Keterangan

1.      Eye
2.      External nares
3.      Brow spot
4.      Tympani membrane
5.      Digits
6.      Manus
7.      Antebrachium
8.      Brachium
9.      Dorsolateral
10.  Tight
11.  Crus
12.  Toes
13.  Pes
14.  Anus
15.  Hind limb
16.  Trunk
17.  Forelimb
18.  Head
B.     Pembahasan
1.      Klasifikasi
Kingdom   : Animalia
Filum         : Chordata
Class          : Amphibia
Ordo          : Anura
Family       : Bufonidae
Genus        : Rana
Spesies      : Rana cancarifora (Zuqistya, 2014)
2.      Morfologi
Pada tubuh katak memiliki tubuh yang bertanduk dan berlemdi. Memiliki dua membrane timpani dekat dengan kedua bola matanya. Terdapat nares (lubang hidung), memiliki femur dan pes yang di mana tungkai belakang lebih panjang dari tungaki depan.
Struktur morfologi Rana cancarivora adalah memiliki sepasang mata yang terdiri atas selaput niktitans yang berfungsi untuk melindungi mata dari gesekan air. Hidung pada katak di gunakan ketika melakukan pernapasan menggunakan paru-paru. Katak memiliki membran tymphani yang digunakan sebagai alat pendengaran pada katak. Katak dapat bergerak dengan anggota gerak bagian depan (anterior) dan anggota gerak bagian belakang (posterior) yang terdiri atas lengan atas, lengan bawah, paha atas, betis dan jari-jari. Anggota gerak ini digunakan katak untuk bergerak atau menempel pada tempat yang lembab, pada kaki katak terdapat selaput yang di sebut selaput natataria yang digunakan katak untuk berenang ketika berada di dalam air (Kimball, 1999).
3.      Anatomi
a.       Sistem pencernaan
Memiliki system pencernaan lengkap dengan di mulai dari mulut, faring, esophagus, lambung, usus, hati, kantong empedu, rectum, dan anus.
b.      Sistem pernapasan
Sistem ini terdiri atas paru-paru dari kulit serta rongga kulit. Oksigen yang berasal dari udara larut dalam cairan permukaan respirasi atau alat dengan jalan difusi masuk ke pembuluh darah. Paru-paru katak terdiri atas dua saku elastis yang berisi lipatan membentuk kamar-kamar kecil yang masing-masing diliputi oleh pembuluh kapiler. Dari paru-paru kemudian disalurkan ke trakea dan menuju ke bronkiolus kemudian menuju alveolus.
c.       Sistem reproduksi
Sistem genitalis masculinus yang berupa sepasang testis berbentuk oval  berwarna keputih–putihan, terletak di sebelah anterior dari dari ren; diikat oleh alat penggantungnya yang kita sebut mesorchium yang terjadi dari lipatan peritoneum. Di sebelah cranial testis melekatlah corpus adiposum suatu zat lemak berwarna kekunin –kuningan, sedang di sebelah median dataran testis terdapat saluran–saluran halus yang disebut vasa efferentia yang bermuara pada saluran kencing, kemudian menuju kloaka.
Sistem genitalis feminus yang terdiri atas sepasang ovarium diletakkan dengan bagian dorsal coelom oleh alat penggantung yang disebut mesovarium , yang terjadi dari lipatan peritoneum. Pada hewan yang telah dewasa kadang–kadang terdapat ova yang berwarna hitam dan putih berbentuk bintik–bintik. Pada ovarium juga terdapat corpus adiposum yang berwarna kekuning–kuningan. Ova yang telah masak menembus dinding ovarium untuk masuk ke dalam oviduk, selanjutnya ovum menuju ke kloaka pada suatu papillae.
d.      Sistem sirkulasi
Sistem sirkulasi terdiri atas aorta kiri, kemudian ke serambi kiri menuju pada pembuluh nadi dan kemudian menuju ke  bilik  dan kembali lagi pada serambi kanan selanjutnya menuju aorta kanan. Pada umumnya diduga bahwa valvea spiralis dan truncus arteriousus memasukkan darah dan darah yang beroksigen (sebelah kanan) ke archus pulmocunatneus dan darah yang beroksigen (sebelah kiri) masuk ke archus sistimaticus dan arteri coratis (Jasin, 1992).
4.      Habitat
Kodok merupakan hewan yang sering dijumpai di berbagai tempat. Kodok dapat hidup di berbagai tempat yang ada di bumi ini, ada yang hidup di daerah rawa, sawah, kebun, saluran air dan beberapa sungai.
             Kodok aktif di waktu gelap dan pagi hari, di siang hari kodok ini berlindung di balik rerumputan atau celah di pematang. Pada malam hari, terutama sehabis hujan turun, kodok jantan berbunyi-bunyi memanggil betinanya dari tepi air (Djarubito, 1989).

























BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan prkatium yang berlangsung dapat ditarik kesimpulan bahwa morfologi dari katak yaitu ada tubuh katak memiliki tubuh yang bertanduk dan berlemdi. Memiliki dua membrane timpani dekat dengan kedua bola matanya. Terdapat nares (lubang hidung), memiliki femur dan pes yang di mana tungkai belakang lebih panjang dari tungaki depan.
Bagian anatominya terdiri dari system pencernaan yang lengkap yaitu dengan di mulai dari mulut, faring, esophagus, lambung, usus, hati, kantong empedu, rectum, dan anus. Sistem reproduksiSistem genitalis masculinus yang berupa sepasang testis berbentuk oval  berwarna keputih–putihan, terletak di sebelah anterior dari dari ren; diikat oleh alat penggantungnya yang kita sebut mesorchium yang terjadi dari lipatan peritoneum. Di sebelah cranial testis melekatlah corpus adiposum suatu zat lemak berwarna kekunin –kuningan, sedang di sebelah median dataran testis terdapat saluran–saluran halus yang disebut vasa efferentia yang bermuara pada saluran kencing, kemudian menuju kloaka.

B.     Saran
Hendaknya praktikan memperhatikan jenis kelamin dari katak sebelum menggambarkan struknya karna organ jantan dan betina berbeda.

.




DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Dwi dan Kurniati, Hellen. 2010. Keragaman Genetika Amphibi Kodok (Rana nicobariensis) di Ekology Park, Cibinong Berdasarkan Sekuen DNA dari Mitokondria d-loop. Jurnal Biologi Indonesia, Vol. 6 (3) : 405-414.

Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Vertebrata. Jakarta: Sinar Wijaya
Kimball, J,W. 1999. Biologi edisi kelima jilid 3. Jakarta: Erlangga
Winarni, susi. 2009. Diklat Anatomi Hewan. Semarang ; IAIN Walisongo Semarang.
Yudha, Satria Donan dkk. Keanekaragaman Jenis Katak dan Kodok (Ordo Anura) di Sepanjang Sunagi Opak Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Biologi, Vol. 18 (2) : 52-59.





Komentar

Postingan Populer